Seminggu sebelumnya dalam kumpul sama beberapa temen, gua bercerita kalo gua mau motret ke daerah Garut, Jawa Barat. Gua banyak cerita tentang keindahan dan keeksotisan tempat yang gua tuju, Lebakjero. Setelah banyak cerita, gua ngasih liat beberapa foto yang ada dihandphone gua yang diambil dari salah satu forum Railway Photograph di Facebook. Tanpa gua sangka temen gua satu ini tertarik buat ikut gua kesana, emang sih dia juga suka motret. Namanya Dwi, sering dipanggil Chibe. Chibe sendiri adalah temen gua dari SMA dan dia juga suka motret, tapi beda haluan sama gua hehehe. Kurang lengkap rasanya kalo Chibe gak ngajak sahabat sejatinya, Vieky. Vieky atau Gento dia juga samanya suka motret, apalagi dia baru aja beli kamera. Ini juga bakal jadi pengalaman pertama mereka melakukan perjalanan jauh dan motret diluar daerah, sebelumnya mereka biasa motret disekitaran taman yang ada di Depok atau Jakarta.
Selain mereka bertiga, gua juga ngajak beberapa temen gua, Denny atau Bule sama Jais, yang tadinya niat berdua aja malah tambah rame setelah kehadiran Ricko atau Bandot dan Farizka atau Bojong, jadilah kita berdelapan melakukan perjalanan ke Lebakjero, Garut. Kesepakatan kita semua jalan hari Sabtu siang setelah Embul beres-beres dari workshopnya dipasar. Gua naik motor sama Embul, Bule sama Bandot, Jais sama Bojong dan Chibe sama Gento. Perjalanan dimulai dari rumah gua jam 12 siang, dengan rute lewat Jonggol, lanjut Cianjur, Cimahi, Jl. Soekarno-Hatta, Rancaekek, Nagreg dan Garut. Perjalanan yang seharusnya cuma memakan waktu 4-5 jam jadi agak terlambat dari jadwal tiba yang sudah diperkirakan sebelumnya, banyaknya faktor x selamaya perjalananlah yang menghambat kita, termasuk weekend yang sudah pasti jalanan dimana-mana padat.
Sekitar jam 10 malam, kita sudah sampai didepan gapura pintu masuk kesebuah desa yang bernama Lebakjero lengkpa dengan plang stasiunnya, bermodalkan omongan dari orang yang ditemui dijalan, kita terus ikuti jalan tersebut sampe keatas. Naas, kita malah salah jalan dan terus naik keatas gunung yang gelap, sepi, seram dan juga jalanan yang terjal. Entah karena sebuah obsesi atau gak sabar untuk sampe kelokasi, kita berdelapan terus memacu si kuda besi untuk terus merangsek naik keatas gunung tersebut, sampe pada akhirnya gua menemukan sesuatu yang ganjil dan gak beres. Sebelum sampe dipuncak sebuah gunung tersebut gua menghentikan perjalanan-karena saat itu gua paling depan-dan menanyakan keteman yang lain kita bakal terus naik atau kita balik kebawah dan nunggu matahari terbit.
Dari sinilah keadaan berubah menjadi agak menegangkan, sebelumnya dalam perjalanan naik, Embul selalu dapet serangan batin, entah dari para penghuni tersebut atau yang lainnya, sementara gua tetap fokus memeperhatikan jalan dan sibuk berdoa dalam hati. Gua sendiri gak berani buat melihat keadaan sekitar yang gelap, sepi dan mencekam, yang gua tau cuma ada kebun yang dipenuhi beberapa macam pohon.
Sementara itu Embul terus mendapat serangan batin, akhirnya gua putusin buat turun dan nanya kewarga sekitar, sebelum sampe gunung tersebut kita emang lewati perumah warga. Waktu turun Embul sempet dapat menglihatan berupa cahaya putih deketin dia dan sepanjang perjalanan turun kebawah dia juga selalu mendengar suara tangis perempuan. Belom jauh kita turun, entah dalam keadaan kosong atau gimana, tiba-tiba Bojong jatuh dari motornya. Ngeliat keadaan yang kaya gitu yang lain coba untuk tetap tenang karena gak mau bikin yang lain jadi panik dan lebih takut. Sepanjang perjalanan turun kebawah gua terus ngucapin doa, semoga gak ada apa-apa dan gak terjadi apa-apa buat gua dan teman yang lainnya.
Setelah sampe diperkampungan warga, kita duduk dulu disebuah warung untuk istirahat terlebih Embul dan Bojong yang masih dalam keadaan shock berat setelah kejadian diatas tadi. Kita duduk santai dan nanya warga sekitar lokasi stasiun tersebut dimana, ternyata stasiunnya gak jauh dari pemukiman warga dan memang gangnya agak terpencil jadi gak keliatan. Bapak-bapak yang punya warung sempet shock karena kita baru aja dari atas gunung make motor, kenapa bapak-bapaknya kaget? Karena kesana aja kalo jalan kaki susahnya minta ampun, terlebih kalo siang hari bapak tersebut gak berani naik kekebun sendirian, minmal berdua! Kalo masalah hal diluar akal sehata yang kaya Embul alamin itu emang wajar katanya, terlebih malem hari. Dan akhirnya bapak yang punya warung tadi nganterin kita ke stasiun.
Hati agak sedikit lega setelah kita sampe di depan stasiun, langsung aja gua sama Bule masuk keruang PPKA untuk meminta izin kalo kita mau stay semalem disini, dan siangnya mau motret. Dengan ramah PPKA menyambut kita dan mempersilahkan kita untuk make ruang Kepala Stasiun, kebetulan Pak KS sendiri lagi gak disini, jadi ruang tersebut kosong. Izin udah dipegang kita bisa leluasa ngapain aja disini tapi dengan batasan dan menjaga sikap dan kesopanan disini. Langsung aja kita gelar lesehan buat makan malem rame-rame diemplasemen stasiun, kita juga ngasih 2 nasi bungkus yang kita beli dibawah tadi buat Crew Stasiun yang bertugas. Enggak lama, gua denger dering telepon dari ruang PPKA yang ngasih kabar kalo bakalan ada kereta masuk dari arah Leles (timur, ke Tasikmalaya, Kroya, Jogja terus sampe Surabaya) menuju arah Nagreg (barat, ke Bandung dan terus sampe Jakarta) dan PPKA siap untuk buka sinyal aman untuk KA yang melintas. Lewatlah KA Serayu Malam dari Kroya, Jawa Tengah dengan mengakhiri tujuan di Jakarta Kota. Dari kejauhan, lampunya keliatan meliuk-liuk diantara bukit, disitu aja udah keliatan keren, apalagi kalo siang? Yang lain belom menyadari bahwa bakal ada sesuatu yang bikin mereka takjub dengan keadaan sekitar karena masih gelap.
Dketinggian 818mdpl, kita ngobrol-ngobrol diemplasemen stasiun, gua masih belom ngerti kenapa gua bisa bawa mereka semua keatas gunung yang gelap, seram mencekam dan terjel tadi. Entah karena obsesi gua atau karena rasa penasaran. Suasana yang dingin jadi agak hangat ketika canda tawa mulai mencairkan suasan yang tadi agak tegang, terlepas itu semua kita mulai sedikit melupakan kejadian diatas gunung tadi. Gak lama PPKA membuka sinyal aman lagi, kali KA dari Bandung yang akan melintas ke arah Tasikmalaya, dari kejauhan sorot lampu meliuk-meliuk, yang melintas KA Serayu Malam dari Jakarta dengan tujuan Kroya, Jawa Tengah. Dikehangatan canda tawa tersebut gua sekiti terdiam dan celingak-celinguk setelah baca pesan langsung dari abang gua yang dikirim via bbm yang isinya: "Coba deh lu perhatiin pojokan ruang tunggu stasiun, jangan kedip". Gua sedikit penasaran dengan isi pesan tersebut tapi gua malah takut mendinginkan suasana yang udah hangat. Yang gua tau ditempat yang dimaksud cuma ada bangku tunggu penumpang yang panjang dipojok dan beberpa motor yang kita parkir. Akhirnya gua ngasih tau pesan tersebut ke Gento sama Embul, yang pada akirnya mereka berdua juga penasaran. Setelah yang lain masuk kedalam ruangan, gua bertiga coba untuk membuktikan isi pesan tersebut, tapi gak nemuin apa-apa.Kejadian aneh malah dirasain Gento, setelah semua masuk, termasuk gua sendiri dia malah kembali keluar ngambil kamera. Disitu dia merasa ada yang nimpukan kearah rel dari ruang tunggu tersebut, ruang tunggu tersebut gak ada orang lagi kecuali cuma bangku tunggu penumpang dan motor kita doang.
Malam makin larut, gua putusin buat tidur, mengingat siangnya gua mau motret keindahan liukan ular besi yang melintas disini. Waktu tidur gua sempet denger sekali semboyan 35 bunyi, entah kereta apa yang melintas.
Sekitar pukul 05.10 kami dibangunkan oleh beberapa pegawai atau crew stasiun, karena lapak tempat kita tidur bakal dipake buat loket tiket yang melayani KA Lokal yang sebentar lagi bakal masuk dari Cibatu. Bergegaslah gua keluar ruangan, dan melihat cahaya sorot lampu lokomotif dari arah Cibatu masuk ke sepur 1 Stasiun Lebakjero. Gak mau kehilanganan moment segeralah gua ambil kamera. Saat keluar stasiun, beberapa penumpang didalam dan diluar kereta sempat terheran-heran karena ngeliat gua dan beberapa teman gua keluar dari ruang kepala stasiun bawa kamera. Mungkin disangkanya wartawan, tapi kok pada kucel baru bangun tidur dan cuma mengenakan switer dan celana training thok. Beberapa teman mencari posisi untuk spot yang bagus. KA Lokal ini bakal disusul sama KA Mutiara Selatan dari arah Tasikmalaya ke Bandung. Jeprat-jepret dari berbagai angle agar dapet posisi dan gambar yang bagus.
Mengingat perut belom keisi, kita beli makanan untuk sarapan. Gak lupa kita juga beli buat para crew stasiun yang tugas pagi itu. Kita makan bareng diemplasemen stasiun dengan view yang lumayan bagus. Setelah makan gua minta izin buat lihat jadwal kereta apa aja dan jam berapa aja yang akan melintas untuk kita abadikan, setelah semua selesai kita langsung bergegas kebukit sebelah kanan stasiun untuk dapet posisi yang bagus saat kereta yang lewat. Gak lama kemudian KA Lodaya relasi Bandung - Solo melintas, beberapa dari kami sudah standby dengan posisi dan senjatanya masing-masing untuk membidik si ular besi melintas, tidak ingin kehilangan moment bagus saat kereta meliuk melewati sisi bukit yang berkelok. Dari dalam kereta kita bisa liat banyak wisatawan domestik maupun luar negeri sedang dimanjakan dengan pemandangan indah sekitar Lebak Jero. Beberapa dari mereka juga ada yang heran melihat kita berada disisi rel kereta, atas bukit dan lainnya dengan kamera ditangan dan terus memotret kereta yang mereka tumpangi. Setelah KA Lodaya, melintas KA Argo Wilis relasi Bandung - Surabaya.
Hari semakin siang dan terik, kita memutuskan untuk balik ke Stasiun untuk istirahat dan mandi karena badan cukup berkeringat waktu naik atau turun dari bukit. Sebagian mandi kesindang yang ada dibawah dekat dengan pemukiman warga, sementara saya sendiri mandi di kamar mandi yang ada di ruang Kepala Stasiun, kapan lagi mandi diketinggian 818mdpl? Hehehehe.Disekitar stasiun juga banyak anak-anak yang bermain disini, adapula warga yang disibukan dengan aktifitas lainnya. Setelah badan segar, kita berisitirahat sambil bersnda gurau satu sama lain sambil menunggu kereta yang akan melintas, dijadwal kereta yang akan melintas adalah KA Serayu Pagi dari Kroya dan KA Serayu Pagi dari Jakarta. Kedua kereta akan melintas sekitar pukul 12 siang. kedua kereta tersebut akan bertemu silang di stasiun Nagreg. Karena cuaca yang terik, saya memutuskan untuk mengabadikan disekitar stasiun saja, tak lama kemudian masuklah KA Serayu dari Kroya dan selang 20 menit KA Serayu dari Jakarta.
KA Serayu tadi jadi objek terakhir kita sebelum meninggalkan Lebak Jero, mengingat kita harus kembali pulang untuk melanjutkan aktivitas seperti biasanya dikemudian hari. Pukul 2 siang kita berpamitan dengan PPKA yang bertugas saat itu, tak lupa kita mengabadikan moment untuk foto bersama dengan PPKA untuk sekedar kenang-kenangan. Setelah semua siap, kami bergegas pulang. Dengan berat hati saya harus meninggalkan tempat ini, rasanya saya pribadi masih belum puas mengabadikan kereta yang melintas disini. Mungkin lain waktu saya akan kembali kesini dan mengabadikan moment indah kereta melintas disini lagi. Sekian.
KA Lokalan Purwakarta - Cibatu aka 'Mandragade' |
View pagi hari sekitar Lebak Jero |
Stasiun Lebak Jero dengan latar gunung dibelakangnya |
KA Lodaya melintas Lebak Jero |
KA Argo Wilis melintas Lebak Jero |
View sekitar Lebak Jero |
wih mantep nih ... pake apa nih cek?
BalasHapusKamera yang gua bawa ke Jogja waktu itu lang, cuma make lensanya 18-200 :D
Hapus