Minggu, 08 September 2013

Silahturahmi Ke Stasiun Cipeundeuy

Akhir pekan lalu, tepatnya tanggal 6-7 September 2013 saya dan beberapa rekan sesama Railfan mengadakan trip ke Stasiun Cipeundeuy di Daop 2. Bersama 10 orang lainnya, perjalanan kali ini kita menggunakan kereta api, dan yang kita pilih adalah KA Serayu relasi Jakarta Kota - Kroya atau lebih dikenal dengan sebutan Cipuja dan Citrajaya. 

Saya berangkat sekitar pukul 5 sore dari rumah menggunakan KRL Comutter Line dari Stasiun Depok Lama menuju Stasiun Jakarta Kota, sistem ticketing yang sekarang saya nilai agak terlalu ribet dibanding sebelumnya. Karena calon penumpang diwajibkan untuk membeli tiket berupa kartu untuk memasuki gate stasiun dan membayar jaminan sebesar Rp.5000,- untuk kartu tersebut. Sampe di Jakarta Kota sekitar setengah 7 saya menunggu rekan saya, Amir dan Ricky, setelah itu menukarkan tiket ke loket, diantrian loket saya bertemu dengan rekan yang lain, Mas Haryo.Abis itu kita menunggu rekan lainnya dipelataran pintu utara stasiun Jakarta Kota sambil merokok, ngopi dan juga ngobrol. Gak lama datang Om Uki, dan kita langsung masuk ke dalam untuk nunggu yang lain.

Tepat pukul 20.45 kereta yang kita tumpangi berangkat dari stasiun Jakarta Kota, masing-masing railfan mendapat tempat berpencaran tidak satu gerbong, saya bersama Amir digerbong 1 tapi beda tempat duduk, Mas Haryo dan temannya digerbong terakhir, Agus dan teman-temannya digerbong 4, Om Uki dan mbak Fitri digerbong 5 (kalo gak salah). Tapi ya namanya railfan, ujung-ujungnya bangku yang mereka bayar seharga Rp.35.000,- akhirnya ditinggal dan lebih milih dibordes gerbong atau sambungan gerbong, entah kenapa saya justru menikmati tempat ini dibanding bangku yang udah saya bayar, tapi beda cerita kalo kereta kelas Eksekutif yang saya tumpangi :D

Sepanjang perjalanan canda tawa selalu menghiasi saya dan beberapa rekan lainnya, termasuk kejadian ketika salah seorang penumpang menyambangi kita dibordes yang bermaksud untuk menegur salah seorang rekan yang menduduki barang bawaannya dibordes. Ditengah hiruk pikuk yang terjadi dibordes, obrolan kita langsung terdiam ketika seorang penumpang bilang "Mas, tv mas.. mas tv mas..." sambil menunjuk kearah kardus yang ada dibordes. Seketika kita semua terdiam melongo dan diam, orang itu masih terus nyerocos "Mas tv mas.." berulang kali. "Mas itu tv mas, jangan didudukin..". Ooohh.. Maksudnya itu tv mas isinya, jangan didudukin, emang sih salah satu rekan ada yang asik duduk diatasnya sampe kebingungan. Kita pikir tuh orangnya nawarin kita tv hahahaha. Setelah kejadian tadi jadi bahan obrolan dan lawakan didinginnya gerbong KA Serayu. Ada yang berniat untuk menurukan tv-nya di Stasiun berikutnya, ada yang mau jual juga, ada yang mau bawa ke Cipendeuy dan sebagainyalah pokoknya hahaha.

Suasana di bordes. (Foto by Om Uki)

Oya, biasanya jalur yang kita lewatin ini spot favorit kita semua lho karena lewatin pegunungan, jalan berkolak dan naik turun sama lewatin beberapa jembatan tinggi, sayang kita gak bisa nikmati pemandangan tersebut karena gelap. Yang keliatan cuma titik-titik cahaya dari rumah warga sama lampu jalan tol Cipularang. 
Distasiun Kiaracondong, salah satu rekan kita Kang Ricky turun, dia gak bisa ikut ke Cipendeuy karena besoknya harus kerja dan juga karena kecapean, dia sendiri ikut dirombongan karena siangnya ada panggilan interview di daerah Slipi. Dan pulangnya bareng kita naik KA 'Senja Serayu'.

Singkatnya, kita sampe di Stasiun Cipeundeuy sekitar jam setengah tiga lewat, molor dari gapeka seharusnya. Disana udah ada salah satu rekan dari Daop 5, Kang Adhie, Kang Adhie sampe duluan karena dia naik KA Lodaya dari timur, dan kita juga sempat ketahan di Stasiun Bumi Waluya untuk ngasih jalan KA Lodaya itu dari Solo ke Bandung. Turun dari kereta, kita langsung disambut sama dinginnya udara Cipeundeuy.
Crew stasiun menaikan Dwi Warna Sang Saka Merah Putih.
Stasiun Cipeundeuy (CPD, +772 m dpl) adalah stasiun kereta api kecil yang terletak di Cinagara, Malangbong, Garut. Nama stasiun ini berasal dari kampung tempat stasiun ini berada. Stasiun ini berada di petak jalur selatan KA pulau Jawa antara Kota Bandung dan Kroya, Cilacap, dan terletak hanya 200 m dari jalan raya Bandung-Tasikmalaya. Stasiun ini dapat dilihat dari jembatan jalan raya tersebut yang melintas di atas rel. Walaupun statusnya hanya sebagai stasiun kecil, namun semua KA, baik itu kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi diwajibkan berhenti di stasiun ini. Tujuannya bukan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang (kecuali KA ekonomi). Kewajiban berhenti ini adalah untuk pemeriksaan rem karena jalur setelah stasiun ini merupakan petak yang cukup terjal naik-turunnya. Rutinitas pemeriksaan rem ini dipicu oleh kecelakaan KA gabungan Galuh dan Kahuripan yang mengalami kecelakaan selepas dari stasiun ini pada tengah malam tahun 1995, didekat jembatan Trowek. Pada saat jalur menurun, rem KA menjadi blong sementara jalan juga menanjak sehingga KA akhirnya terperosok ke dalam jurang yang cukup dalam dan mengakibatkan korban meninggal dan luka-luka, kebanyakan yang meninggal adalah orang yang melompat tanpa menyadari bahwa mereka di atas jembatan. Sejak saat itulah, untuk menghindari kejadian serupa, semua KA baik yang akan ke timur maupun barat diwajibkan berhenti di Stasiun Cipeundeuy. Stasiun Cipeundeuy juga dapat membeli tiket secara online, juga dapat dipesan secara online atau sebelum pemberangkatan. Kereta yang berhenti disini antara lain:
Kereta Api Eksekutif:
Argo Wilis: ke Bandung dan Surabaya Gubeng
Turangga: ke Bandung dan Surabaya Gubeng

Kereta Api Bisnis :
Mutiara Selatan: ke Bandung dan Surabaya Gubeng

Kereta Api Eksekutif dan Bisnis :
Lodaya: ke Bandung dan Solo Balapan
Malabar: ke Bandung dan Malang

Kereta Api Ekonomi:
Pasundan: ke Bandung Kiaracondong dan Surabaya Gubeng
Serayu: ke Jakarta Kota dan Kroya
Kutojaya Selatan: ke Bandung Kiaracondong dan Kutoarjo
Kahuripan: ke Padalarang dan Kediri


Setelah semua kumpul, dan langsung mengisi perut kita yang udah laper karena dinginnya suhu, selesai makan kita semua langsung izin sama PPKA yang bertugas saat itu karena Pak KS gak ada malam itu dan menjelaskan kedatangan kita untuk silahturahmi dan trekking sekitar Stasiun serta mengambil beberapa gambar, Om Uki juga gak lupa untuk ngasi bingkisan makanan yang sebelumnya dibeli di Stasiun Jakarta Kota untuk para crew Stasiun yang berjaga malam itu. 
Isitirahat di Mushalah Stasiun. (Foto by Om Uki)
Abis itu kita langsung istirahat di musholah untuk mengisi energi karena paginya kita lanjut trekking rel.

Pedagan asongan dan KA Turangga.


Pose dulu sebelum trekking. (Foto by Om Uki)

Kumpul sebelum trekking.

Trekking rel kereta api.

Ayo, yang semangat Om Uki.

Saya berpose disalah satu ujung jembatan. (Foto by Om Uki)

Paginya, setelah KA Turangga dari timur, PPKA bilang bahwa jalur kosong sampe pukul 07.20. Sekitar pukul setengah tujuh kurang didinginnya pagi Cipeundeuy kita langsung berangkat trekking menyusuri rel kearah timur, sebelumnya PPKA juga bilang kurang lebih 2km kearah timur ada jembatan, wah pastinya jadi tantangan menarik buat kita untuk nyebrangi jembatan tersebut. Selama perjalanan ke jembatan kita disuguhi pesona alam yang cantik dan juga aktifitas warga sekitar rel, ada anak kecil yang berangkat sekolah, ibu-ibu menyuci pakaian, memomong anaknya, bercocok tanam disawah dan lain-lainnya. Gak lama kemudian, jembatan yang dimaksud akhirnya ketemu, jembatan yang panjang sekitar 20-30 meter dan tinggi dari dasar sekitar 20 meter dan memilik 2 sleko (tempat berlindung bila ada KA yang lewat, 1 kanan dan 1 kiri ) siap untuk diseberangi. Saya yang mencoba pertama, gak lupa meminta beberapa rekan untuk mengabadikan saya dijembatan ini untuk kenangan hehehe, langkah demi langkah saya susurin, sempat pusing dan dengkul yang gemetar akhirnya saya sampe diujung jembatan satunya, disusul om Uki dan yang lainnya. Sebagian tetap diujung sana karena gak berani untuk mencoba menyebrangi jembatannya hehehe. Disini kita juga bertemu seorang JPJ yang bertugas meniliki rel kereta, Apresiasi untuk petugas JPJ ini. Para JPJ bekerja tak mengenal waktu, pagi, siang ataupun malam dan juga cuaca panas, hujan dan dingin, tetap setia mengawasi setiap jengkal rel kereta yang akan dilintasi kereta api. Para JPJ ini adalah urat nadi perkeretaapian di Indonesia, bilamana tak ada mereka, berapa banyak kecelakaan kereta api yang akan terjadi? 

Ibu dan anak-anaknya di sekitar Stasiun Cipeundeuy. (Foto by Om Uki)

Ibu abis belanja yang temani anaknya. (Foto by Om Uki)

Pesona alam sekitar Cipeundeuy.

Warga sekitar memulai aktifitasnya dipagi hari.

Warga sekitar memulai aktifitasnya dipagi hari.
Jembatan KA 2km kearah timur Stasiun Cipeundeuy.
Berpose dibibir jembatan.

Petugas JPJ memeriksa rel diatas jembatan.
Saya gak mau ketinggalan berpose. (Foto by Om Uki)

Disini kita mencari spot untuk mengabadikan kereta yang akan melintas, saya mengambil sebelah kiri jembatan ke arah Barat dekat dengan bibir sungai.
KA 122 Pasundan dari Kiaracondong menuju Surabaya Gubeng
Target kita adalah KA 122 Ekonomi Pasundan, KA yang berangkat dari Kiaracondong tujuan akhir Surabaya Gubeng. KA tersebut melintas dengan cantik dan beberapa rekan mengabadikannya dengan kamera masing-masing, ada yang memotret dan ada yang merekam. Selesai Pasundan lewat, kita langsung balik ke Stasiun untuk sarapan, rekan kita juga ada yang pulang terlebih dahulu karena telah membeli tiket KA Lodaya yang akan berangkat setelah Pasundan tadi. Distasiun, setelah sarapan kita ngobrol-ngobrol sambil menunggu KA selanjutnya dengan beberapa crew yang bertugas pagi ini, obrolan hangat dan ringan serta diriring canda tawa. Sekitar pukul 9, KA Lodaya Pagi masuk, saya mengambil gambar dari spoor 2 Stasiun dan mengabadikan Sang ular besi saat melintasi jembatan jalan raya diatasnya. Rekan kita, Kang Adhie juga naik KA ini untuk kembali ke Sumpiuh lebih awal. Didalam gerbong juga terlihat beberapa penumpang asing naik KA ini, selain KA ini Argo Wilis juga menjadi KA favorit para Bule karena dari dalam mereka akan disuguhi hijaunya alam Parahyangan dipagi hari. 

KA Lodaya memasuki Stasiun Cipeundeuy.

Petugas PKD dan KA Lodaya.

Disini, kita kedatangan RF dari Daop 2, kang Ayung dari Tasikmalaya, Kang Ayung sendiri teman dari Ricky yang sebelumnya turun di Kiaracondong. Kita ngobrol-ngebrol disekitar ruang tunggu stasiun sambil menunggu KA Argo Wilis masuk. Saya juga sempat berbincang sama salah satu petugas PKD yang bertugas, saya dikira wartawan hahaha. Mungkin karena ngeliat 'gear' yang saya bawa dengan lensa yang cukup besar jadi dikira wartawan hehehe. Petugas itu juga ngasih tau dimana aja spot yang bagus untuk mengambil gambar sang Ular Besi dan cerita bakal ada kereta wisata ke Ciwidey. 
Kereta Plasser di spoor 2.
Para crew terlihat begitu ramah terbukti dengan obrolan saya dan juga rekan lainnya mereka menyambut hangat kedatangan kita, saya juga sempat mengobrol dengan teknisi KA Plasser diruang kabin KA tersebut, jujur, meski sering liat Plasser bolak-balik didepan rumah baru pertama kali saya masuk ke dalam kabinnya hehehehe. 
Waktu asik asiknya ngobrol kita dikasih tau Argo Wilis mau masuk, langsung aja saya sama Mas Haryo berlari ke arah jalan raya sekitar 200 meter keluar stasiun untuk mengambil spot dari atas jembatan tersebut. 
KA 6 Argo Wilis.

Abis Argo Wilis, kita balik lagi ke Stasiun untuk mandi menyegarkan diri dan diskusi hangat pengenalan diri dengan rekan-rekan lainnya sambil menunggu KA Serayu dari timur yang akan bawa kita kembali ke Jakarta. Selesai diskusi hangat kita langsung menuju ke ruang tunggu untuk boarding pass dan berpamitan pulang dengan semua crew stasiun, sebelumnya kita juga ngambil gambar dibawah plang stasiun bareng sama crew stasiun yang bertugas siang itu. Gak lama kereta kita masuk dan semua siap masuk ke gerbong. Selesai pengecekan rem, Semboyan 40 dan 41 yang artinya aspek sinyal aman untuk berangkat sang masinis langsung membunyikan Semboyan 35 yang artinya KA siap aman berangkat.
Platname Stasiun Cipeundeuy dipinggir jalan raya Bandung-Tasikmalaya.

Foto bareng sama crew dan teknisi KA. (Foto by Om Uki)
Sebelumnya kita berterimakasih banyak untuk semua crew stasiun yang udah izinin kita untuk main kesini, bapak marbot mushala yang udah izinin kita istrahat dan tidur dimushala, para pedagang makanan sekitar stasiun yang udah bikin kita kenyang dan warga sekitar stasiun, para peserta Om Uki, Mbak Fitri, Mas Haryo dan temannya, Bang Amir, Kang Ricky, Kang Ayung, Kang Adhie, Agus Nino dan 3 temannya. Oya, sekedar himbauan, saat trekking jangan lupa untuk liat kebawah atau ke rel yang akan kita lewati, karena saya kena jebakan betmen yang masih anget! Hahahaha. Sekian dan terimakasih, salam sepur! :)

Photo saya diambil diem-diem sama Kang Adhie :D (Foto by Kang Adhie)

Senin, 10 Juni 2013

Terowongan Sasaksaat dan Terowongan Ijo

Indonesia, menyimpan berbagai macam keindahan alamnya, salah satunya adalah terowongan Kereta Api yang ada disini. Dalam tulisan ini saya coba akan menulis tentang terowongan tersebut yang bersumber pada beberapa artikel blog, Wikipedia dan sebuah Majalah KA Edisi. 32 bulan Maret, 2009. Silahkan disimak :)

Terowongan Sasaksaat
Terowongan Sasaksaat, Terpanjang Di Lintas Operasi
Nuansa perjalanan KA Lintas Bandung-Jakarta tak hanya disuguhi panorama kemegahan jembatan dan hijaunya alam Parahyangan. Antara Sasaksaat-Maswati, terdapat terowongan KA terpanjang dijalur aktif ini.

Terowongan Sasaksaat sepanjang 949 meter dibangun oleh SS (Staatspoorwegen) antara tahun 1902-1903. Membelah perbukitan Cipedong dikampung Sasaksaat Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Namun tahun 1902-1906, SS telah memulai pembangunan jalur Karawang-Purwakarta-Padalarang sepanjang 97 km. Pekerjaan terowongan dibuat secara manual, dengan ribuan pekerja dengan ribuan pekerja yang berbekal pahat.

Untuk mempercepat pembangunan terowongan Sasaksaat dilakukan siang dan malam. Konon karena banyak memakan korban dalam pembangunannya, kesan aroma mistis masih sangat kental. Ritual selametan tolak bala pun masih sering dilakukan setiap tahunnya. Tiap 16 Agustus, seekor domba jantan disembelih untuk tolak bala. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kalau tak ditumbal, akan ada banyak korban.

Bangunan Hikmat 503 ini berada di Km 133+144 antara stasiun Sasaksaat dan Maswati. Wilayahnya masuk pemeliharaan Distrik Jalan Rel & Jembatan 22 C Plered, Resort 22 Purwakarta. Di dalam terwongan terdapat 35 sleko terdiri dari 17 kiri dan 18 kanan dari arah stasiun Sasaksaat. Di sebelah kanan kiri rel sepanjang terowongan terdapat selokan yang airnya mengalir cukup deras. Bentuk muka terwongan ini mirp dengan terowongan Mrawa yang berada di Daop IX Jember. Ornamen dan arsitektur bangunannya. Hanya beda warna cat dan tahun pembuatannya saja.

Terowongan Sasaksaat telah mengalami renovasi. Tahun 2004, PT. KA (Persero) Daop II Bandung merenovasi dinding terowongannya. Pekerjaan renovasi selama 3 bulan ditangani khusu dari Eropa. Dengan teknologi Belgia, dilakukan penyemenan dan pelapisan dengan seng agar rembesan air yang keluar tak berakibat atap dan dinding terowongan longsor. inding terwongan juga dibuat tegak lurus agar bisa dilalui KA barang petikemas jumbo. Hanya saja untuk saat ini, kecepatan KA petikemas jumbo dibatasi 10km/jam. Namun untuk normalnya KA lain bisa dilalui dengan kecepatan 40km/jam. Kedua ujung terowongan ini terdapat gardu jaga untuk JPTw (Juru Periksa Terowongan).

Bangunan muka Terowongan Sasaksaat. (credit foto: http://iwing.wordpress.com)

KA Serayu Pagi masuk Terwongan Sasaksaat, foto saya ambil saat joyride KA 142.

Terowongan Ijo
Terpadat Di Lintas Selatan
Berada di jalur lintas selatan antara Kutoarjo-Kroya. Inilah terowongan terbanyak dilintasi KA. Setiap harinya ada 56 KA yang melintas.

Nama terowongan ini sudah tidak asing lagi, sesuai dengan namanya, terwongan terletak tidak jauh dari Stasiun Ijo yang memang terlihat hijau royo-royo. Bangunan Hikmat nomor 1649 ini memiliki panjang 580 meter. Meskipun dibangun SS pada tahun 1885-1886 bangunan ini tetap kokoh hingga sekarang. Terowongan ini semakin dikenal setelah digunakan syuting film 'Kereta Api Terakhir' dan 'Daun Diatas Bantal'.

CC20144 KA Fajar Utama keluar terowongan. (Credit foto: proboadikusumo.blogspot.com)

Inside Ijo Tunnel. (Credit foto: proboadikusumo.blogspot.com)

CC20306 KA 5 Argo Wilis keluar terowongan. (Credit foto: proboadikusumo.blogspot.com)

Bangunan muka Terwongan Ijo
Untuk sementara baru saya tulis tentang 2 terowongan tersebut, sebenarnya masih banyak lagi terowongan yang ada di Indonesia. Mungkin lain waktu akan saya tulis kembali. Terimakasih dan salam kenal. Sekian.

Minggu, 09 Juni 2013

Story from Lebakjero Railstation

Perjalanan kali ini gua dasari dari rasa penasaran gua akan lokasi tersebut, kalo pada mau tau lokasinya emang sering disebut surganya para Railway Photographer. Niat gua kesana berdua sama temen gua, namanya Anto dan sering disapa Embul, dia tertarik buat ikut gua kesana karena dia kagum dan takjub pas liat video yang diunggah disitus Youtube. Setelah banyak berbincang sama Embul maka disepakati kita berdua berangakat tanggal 4-5 Mei 2013 dengan menggunakan motor, kenapa gua pilih motor? Karena selain jarak tempuh yang lumayan, kalo kita make motor bisa lebih irit dan juga terhindar dari kemacetan. Selain itu untuk sampai ke lokasi bisa dibilang agak lumayan sulit, kalo naik Bus ikut jurusan Garut dan langsung turun didepan jalan masuk kedalem stasiun, dan mungkin ongkosnya juga agak mahal. Kalo naik kereta, gak ada kereta langsung dari Jakarta yang berhenti disitu, kalo pun ada kita harus naik KA Patas Purwakarta dari Beos ke Purwakarta terus nyambung lagi KA Lokal Si Mandra relasi Purwakarta-Cibatu.

Seminggu sebelumnya dalam kumpul sama beberapa temen, gua bercerita kalo gua mau motret ke daerah Garut, Jawa Barat. Gua banyak cerita tentang keindahan dan keeksotisan tempat yang gua tuju, Lebakjero. Setelah banyak cerita, gua ngasih liat beberapa foto yang ada dihandphone gua yang diambil dari salah satu forum Railway Photograph di Facebook. Tanpa gua sangka temen gua satu ini tertarik buat ikut gua kesana, emang sih dia juga suka motret. Namanya Dwi, sering dipanggil Chibe. Chibe sendiri adalah temen gua dari SMA dan dia juga suka motret, tapi beda haluan sama gua hehehe. Kurang lengkap rasanya kalo Chibe gak ngajak sahabat sejatinya, Vieky. Vieky atau Gento dia juga samanya suka motret, apalagi dia baru aja beli kamera. Ini juga bakal jadi pengalaman pertama mereka melakukan perjalanan jauh dan motret diluar daerah, sebelumnya mereka biasa motret disekitaran taman yang ada di Depok atau Jakarta.

Selain mereka bertiga, gua juga ngajak beberapa temen gua, Denny atau Bule sama Jais, yang tadinya niat berdua aja malah tambah rame setelah kehadiran Ricko atau Bandot dan Farizka atau Bojong, jadilah kita berdelapan melakukan perjalanan ke Lebakjero, Garut. Kesepakatan kita semua jalan hari Sabtu siang setelah Embul beres-beres dari workshopnya dipasar. Gua naik motor sama Embul, Bule sama Bandot, Jais sama Bojong dan Chibe sama Gento. Perjalanan dimulai dari rumah gua jam 12 siang, dengan rute lewat Jonggol, lanjut Cianjur, Cimahi, Jl. Soekarno-Hatta, Rancaekek, Nagreg dan Garut. Perjalanan yang seharusnya cuma memakan waktu 4-5 jam jadi agak terlambat dari jadwal tiba yang sudah diperkirakan sebelumnya, banyaknya faktor x selamaya perjalananlah yang menghambat kita, termasuk weekend yang sudah pasti jalanan dimana-mana padat.

Sekitar jam 10 malam, kita sudah sampai didepan gapura pintu masuk kesebuah desa yang bernama Lebakjero lengkpa dengan plang stasiunnya, bermodalkan omongan dari orang yang ditemui dijalan, kita terus ikuti jalan tersebut sampe keatas. Naas, kita malah salah jalan dan terus naik keatas gunung yang gelap, sepi, seram dan juga jalanan yang terjal. Entah karena sebuah obsesi atau gak sabar untuk sampe kelokasi, kita berdelapan terus memacu si kuda besi untuk terus merangsek naik keatas gunung tersebut, sampe pada akhirnya gua menemukan sesuatu yang ganjil dan gak beres. Sebelum sampe dipuncak sebuah gunung tersebut gua menghentikan perjalanan-karena saat itu gua paling depan-dan menanyakan keteman yang lain kita bakal terus naik atau kita balik kebawah dan nunggu matahari terbit.

Dari sinilah keadaan berubah menjadi agak menegangkan, sebelumnya dalam perjalanan naik, Embul selalu dapet serangan batin, entah dari para penghuni tersebut atau yang lainnya, sementara gua tetap fokus memeperhatikan jalan dan sibuk berdoa dalam hati. Gua sendiri gak berani buat melihat keadaan sekitar yang gelap, sepi dan mencekam, yang gua tau cuma ada kebun yang dipenuhi beberapa macam pohon. 

Sementara itu Embul terus mendapat serangan batin, akhirnya gua putusin buat turun dan nanya kewarga sekitar, sebelum sampe gunung tersebut kita emang lewati perumah warga. Waktu turun Embul sempet dapat menglihatan berupa cahaya putih deketin dia dan sepanjang perjalanan turun kebawah dia juga selalu mendengar suara tangis perempuan. Belom jauh kita turun, entah dalam keadaan kosong atau gimana, tiba-tiba Bojong jatuh dari motornya. Ngeliat keadaan yang kaya gitu yang lain coba untuk tetap tenang karena gak mau bikin yang lain jadi panik dan lebih takut. Sepanjang perjalanan turun kebawah gua terus ngucapin doa, semoga gak ada apa-apa dan gak terjadi apa-apa buat gua dan teman yang lainnya.

Setelah sampe diperkampungan warga, kita duduk dulu disebuah warung untuk istirahat terlebih Embul dan Bojong yang masih dalam keadaan shock berat setelah kejadian diatas tadi. Kita duduk santai dan nanya warga sekitar lokasi stasiun tersebut dimana, ternyata stasiunnya gak jauh dari pemukiman warga dan memang gangnya agak terpencil jadi gak keliatan. Bapak-bapak yang punya warung sempet shock karena kita baru aja dari atas gunung make motor, kenapa bapak-bapaknya kaget? Karena kesana aja kalo jalan kaki susahnya minta ampun, terlebih kalo siang hari bapak tersebut gak berani naik kekebun sendirian, minmal berdua! Kalo masalah hal diluar akal sehata yang kaya Embul alamin itu emang wajar katanya, terlebih malem hari. Dan akhirnya bapak yang punya warung tadi nganterin kita ke stasiun.

Hati agak sedikit lega setelah kita sampe di depan stasiun, langsung aja gua sama Bule masuk keruang PPKA untuk meminta izin kalo kita mau stay semalem disini, dan siangnya mau motret. Dengan ramah PPKA menyambut kita dan mempersilahkan kita untuk make ruang Kepala Stasiun, kebetulan Pak KS sendiri lagi gak disini, jadi ruang tersebut kosong. Izin udah dipegang kita bisa leluasa ngapain aja disini tapi dengan batasan dan menjaga sikap dan kesopanan disini. Langsung aja kita gelar lesehan buat makan malem rame-rame diemplasemen stasiun, kita juga ngasih 2 nasi bungkus yang kita beli dibawah tadi buat Crew Stasiun yang bertugas. Enggak lama, gua denger dering telepon dari ruang PPKA yang ngasih kabar kalo bakalan ada kereta masuk dari arah Leles (timur, ke Tasikmalaya, Kroya, Jogja terus sampe Surabaya) menuju arah Nagreg (barat, ke Bandung dan terus sampe Jakarta) dan PPKA siap untuk buka sinyal aman untuk KA yang melintas. Lewatlah KA Serayu Malam dari Kroya, Jawa Tengah dengan mengakhiri tujuan di Jakarta Kota. Dari kejauhan, lampunya keliatan meliuk-liuk diantara bukit, disitu aja udah keliatan keren, apalagi kalo siang? Yang lain belom menyadari bahwa bakal ada sesuatu yang bikin mereka takjub dengan keadaan sekitar karena masih gelap.

Dketinggian 818mdpl, kita ngobrol-ngobrol diemplasemen stasiun, gua masih belom ngerti kenapa gua bisa bawa mereka semua keatas gunung yang gelap, seram mencekam dan terjel tadi. Entah karena obsesi gua atau karena rasa penasaran. Suasana yang dingin jadi agak hangat ketika canda tawa mulai mencairkan suasan yang tadi agak tegang, terlepas itu semua kita mulai sedikit melupakan kejadian diatas gunung tadi. Gak lama PPKA membuka sinyal aman lagi, kali KA dari Bandung yang akan melintas ke arah Tasikmalaya, dari kejauhan sorot lampu meliuk-meliuk, yang melintas KA Serayu Malam dari Jakarta dengan tujuan Kroya, Jawa Tengah. Dikehangatan canda tawa tersebut gua sekiti terdiam dan celingak-celinguk setelah baca pesan langsung dari abang gua yang dikirim via bbm yang isinya: "Coba deh lu perhatiin pojokan ruang tunggu stasiun, jangan kedip". Gua sedikit penasaran dengan isi pesan tersebut tapi gua malah takut mendinginkan suasana yang udah hangat. Yang gua tau ditempat yang dimaksud cuma ada bangku tunggu penumpang yang panjang dipojok dan beberpa motor yang kita parkir. Akhirnya gua ngasih tau pesan tersebut ke Gento sama Embul, yang pada akirnya mereka berdua juga penasaran. Setelah yang lain masuk kedalam ruangan, gua bertiga coba untuk membuktikan isi pesan tersebut, tapi gak nemuin apa-apa.Kejadian aneh malah dirasain Gento, setelah semua masuk, termasuk gua sendiri dia malah kembali keluar ngambil kamera. Disitu dia merasa ada yang nimpukan kearah rel dari ruang tunggu tersebut, ruang tunggu tersebut gak ada orang lagi kecuali cuma bangku tunggu penumpang dan motor kita doang.

Malam makin larut, gua putusin buat tidur, mengingat siangnya gua mau motret keindahan liukan ular besi yang melintas disini. Waktu tidur gua sempet denger sekali semboyan 35 bunyi, entah kereta apa yang melintas.

Sekitar pukul 05.10 kami dibangunkan oleh beberapa pegawai atau crew stasiun, karena lapak tempat kita tidur bakal dipake buat loket tiket yang melayani KA Lokal yang sebentar lagi bakal masuk dari Cibatu. Bergegaslah gua keluar ruangan, dan melihat cahaya sorot lampu lokomotif dari arah Cibatu masuk ke sepur 1 Stasiun Lebakjero. Gak mau kehilanganan moment segeralah gua ambil kamera. Saat keluar stasiun, beberapa penumpang didalam dan diluar kereta sempat terheran-heran karena ngeliat gua dan beberapa teman gua keluar dari ruang kepala stasiun bawa kamera. Mungkin disangkanya wartawan, tapi kok pada kucel baru bangun tidur dan cuma mengenakan switer dan celana training thok. Beberapa teman mencari posisi untuk spot yang bagus. KA Lokal ini bakal disusul sama KA Mutiara Selatan dari arah Tasikmalaya ke Bandung. Jeprat-jepret dari berbagai angle agar dapet posisi dan gambar yang bagus.

Mengingat perut belom keisi, kita beli makanan untuk sarapan. Gak lupa kita juga beli buat para crew stasiun yang tugas pagi itu. Kita makan bareng diemplasemen stasiun dengan view yang lumayan bagus. Setelah makan gua minta izin buat lihat jadwal kereta apa aja dan jam berapa aja yang akan melintas untuk kita abadikan, setelah semua selesai kita langsung bergegas kebukit sebelah kanan stasiun untuk dapet posisi yang bagus saat kereta yang lewat. Gak lama kemudian KA Lodaya relasi Bandung - Solo melintas, beberapa dari kami sudah standby dengan posisi dan senjatanya masing-masing untuk membidik si ular besi melintas, tidak ingin kehilangan moment bagus saat kereta meliuk melewati sisi bukit yang berkelok. Dari dalam kereta kita bisa liat banyak wisatawan domestik maupun luar negeri sedang dimanjakan dengan pemandangan indah sekitar Lebak Jero. Beberapa dari mereka juga ada yang heran melihat kita berada disisi rel kereta, atas bukit dan lainnya dengan kamera ditangan dan terus memotret kereta yang mereka tumpangi. Setelah KA Lodaya, melintas KA Argo Wilis relasi Bandung - Surabaya.

Hari semakin siang dan terik, kita memutuskan untuk balik ke Stasiun untuk istirahat dan mandi karena badan cukup berkeringat waktu naik atau turun dari bukit. Sebagian mandi kesindang yang ada dibawah dekat dengan pemukiman warga, sementara saya sendiri mandi di kamar mandi yang ada di ruang Kepala Stasiun, kapan lagi mandi diketinggian 818mdpl? Hehehehe.Disekitar stasiun juga banyak anak-anak yang bermain disini, adapula warga yang disibukan dengan aktifitas lainnya. Setelah badan segar, kita berisitirahat sambil bersnda gurau satu sama lain sambil menunggu kereta yang akan melintas, dijadwal kereta yang akan melintas adalah KA Serayu Pagi dari Kroya dan KA Serayu Pagi dari Jakarta. Kedua kereta akan melintas sekitar pukul 12 siang. kedua kereta tersebut akan bertemu silang di stasiun Nagreg. Karena cuaca yang terik, saya memutuskan untuk mengabadikan disekitar stasiun saja, tak lama kemudian masuklah KA Serayu dari Kroya dan selang 20 menit KA Serayu dari Jakarta.

KA Serayu tadi jadi objek terakhir kita sebelum meninggalkan Lebak Jero, mengingat kita harus kembali pulang untuk melanjutkan aktivitas seperti biasanya dikemudian hari. Pukul 2 siang kita berpamitan dengan PPKA yang bertugas saat itu, tak lupa kita mengabadikan moment untuk foto bersama dengan PPKA untuk sekedar kenang-kenangan. Setelah semua siap, kami bergegas pulang. Dengan berat hati saya harus meninggalkan tempat ini, rasanya saya pribadi masih belum puas mengabadikan kereta yang melintas disini. Mungkin lain waktu saya akan kembali kesini dan mengabadikan moment indah kereta melintas disini lagi. Sekian.

KA Lokalan Purwakarta - Cibatu aka 'Mandragade'

View pagi hari sekitar Lebak Jero


Stasiun Lebak Jero dengan latar gunung dibelakangnya

KA Lodaya melintas Lebak Jero


 KA Argo Wilis melintas Lebak Jero

View sekitar Lebak Jero


Trip Bandung - Cirebon dengan KA Argo Parahyangan, KA Harina dan KA Cirebon Ekspres


          Sabtu siang, seperti biasanya rutinitas gua dihari Sabtu adalah bangun disiang bolong dan bermalas-malasan. Karena malem sebelumnya diakhir pekan gua selalu pergi selepas jam 7 malam dan pulang dipagi harinya karena dihari Sabtu gua gak ada jadwal kuliah atau aktifitas penting lainnya. Jam ditangan gua menunjukan pukul 12 siang, ah pasti bakal jadi siang yang panas dan waktu yang pas buat bermalas-malasan pikir gua. Biasanya gua gak pernah beranjak dari kamar sampe matahari terbenam kecuali untuk buang air, makan, atau beli rokok dan kopi untuk menemani aktifitas bermalas-malasan disiang itu. Dan gua mulai beranjak dari kamar ketika matahari mulai terbenam, bergegas kekamar mandi dan siap melakukan rutinitas seperti biasanya di weekend, yaitu pergi keluar sekedar untuk nongkrong dan ngobrol sama temen gua sambil ngopi disebuah kedai kopi kecil dibilangan Nusatara, Depok 1 sampe menjelang subuh dan kembali pulang kerumah untuk melakukan aktifitas lainnya, tidur sampe siang.

          Tapi hari itu gua punya rencana lain, ide itu muncul dengan sendirinya. Dengan cepat gua meraih ponsel gua dan coba mengirim pesan kebeberapa teman gua yang sedang berada di Bandung. Sebut aja Uban, dia temen sekelas gua dulu waktu gua bersekolah di SMA Swasta di Kota Depok. Tapi hari itu pesan gua ke dia delay, atau bahasa gaulnya pending. Dari situ gua coba buat ngirim pesan lagi ke temen gua yang lain, emang ada beberapa temen gua yang tinggal di Bandung untuk melanjutkan studinya setelah lulus dari sekolah. Raden, orang yang gua inget lagi kalo dia juga ngekost di Bandung, hubungan gua sama dia sebenernya gak begitu baik pas sekolah dulu, gua sempet musuhan sama dia, terlebih dia juga anak IPA yang beda jurusan sama gua. Tapi pas menjelang lulus gua dan beberapa temen gua yang bermusuhan sama dia agak melupakan perseteruan gua sama dia demi satu tujuan, masuk sekolah bareng dan lulus pun kita harus bareng. Jadilah gua mengontak dia secepat mungkin, tapi belom ada balasan dari dia. Yaudahlah, gua bergegas mandi dan menyiapkan beberapa potong pakaian untuk gua bawa. Setelah semua siap gua bergegas naik angkot dengan tujuan ke Stasiun.

          Tiba distasiun Depok Baru, gua langsung aja pesen tiket Comutter Line tujuan Jakarta Kota, dengan maksud turun di Stasiun Gondangdia dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke Stasiun Gambir, mengingat kebijakan PT. KAI yang dengan sepihak menyatakan KRL Comutter Line tidak lagi berhenti distasiun Gambir. Mau gak mau gua harus jalan kaki, walau cuma 5 menti ya lumayan keringetanlah.  Gak lama masuk satu rangkaian Comutter Line dari arah Bogor diperon 1, tapi gua masih disibukan dengan transaksi karcis diloket, alhasil tertinggal gua kereta itu tepat dimana gua berlari menuju kereta tersebut tiba-tiba aja pintu tertutup. Dan lagi-lagi gua harus menunggu kereta berikutnya dari arah Bogor. Sebenernya gua agak ragu buat melanjutkan perjalanan karena ragu untuk mendapatkan tiket Go Show KA Argo Parahyangan, mengingat hari itu adalah hari Sabtu, dimana banyak orang ingin menghabiskan akhir pekan diluar kota termasuk gua. Sambil menunggu KRL, gua coba kembali untuk ngehubungin Uban sama Rade, tapi masih belom ada balasan dari pesan yang gua kirim ke meraka. Ah, yaudahlah, gua laki gua sih urusan tempat berteduh atau tidur gampang, bisa distasiun atau masjid terdekat, yang penting urusan perut gak boleh lupa, apalagi yang namanya kopi dan rokok harus selalu setia menemani gua dalam perjalanan kemanapun atau aktifitas apapun hehehe.

          Beberapa saat kemudian masuklah KRL yang akan membawa gua ke Gondangdia, sepenjag perjalan gua Cuma berdiri sambil dengerin beberapa lagu favorit gua, Oasis. Setibanya di Gondangdia, gua turun dan disambut sama beberapa tukang ojek dan bajaj yang menawarkan jasa untuk nganter gua ke Gambir. Ah, 15ribu sampe Gambir?! Mending gua buat beli rokok yang bisa nemenin gua jalan kaki dari Gondangdia ke Gambir. Setelah 5 menit jalan kaki, sampelah gua di Stasiun Gambir, dengan badan rengah-rengoh kalo kata emak gua bilang dan keringet bercucuran, gua duduk dulu buat ngilangin capek. Disitu gua liat loket agak sepi, cuma ada beberap orang antrian aja. Ada juga beberapa orang yang nawarin jasa travel sampe Bandung dengan harga yang sama kaya tiket kereta. Gua lebih milih naik kereta, toh tujuan gua juga cuma mau naik kereta doang hehehe. Sambil istirahat, gua gak lupa buat ngehubungin temen gua lagi yang ada di Bandung, tapi tetep sama belom ada balasan dari mereka berdua. Pas gua liat sebuah tulisan Argo Jati dan Cirebon Ekspress, gua inget ada temen gua di Indramayu, mungkin tujuan gua kesana kalo gak ada kabar dari beberapa temen gua di Bandung. Langusnglah gua ngirim pesan ketemen gua, Wibi. Dia juga temen sekelas gua waktu sekolah, orangnya sedikit gila. Dia melanjutkan studi di Indramayu karena mau jadi tukang minyak, dia kuliah disalahsatu Akedemi Perminyakan di Balongan. Tapi naas bagi gua, lagi-lagi gak ada balesan. Galau pun melanda, gua harus pesen tiket ke Bandung atau ke Cirebon. Akhirnya gua putusin untuk pesen satu tiket KA Argo Parahyangan ke Bandung.

          Tepat pukul 15.35, KA Argo Parahyangan yang gua tumpangin berangkat. Ini kali pertama gua naik KA Argo Parahyangan ke Bandung, sebelumnya dulu pernah waktu kelas 1 SMA sama temen sekolah gua buat liburan. Tapi dulu cuma KA Parahyangan, bukan Argo Parahyangan. KA Parahyangan sendiri akhirnya dihapus trayeknya bersamaan dengan KA Argo Gede yang relasinya sama, yaitu Gambir-Bandung PP. Bedanya KA Parahyangan itu salah satu KA Legendaris yang pernah ada di Indonesia, terhitung sejak tahun 70an KA ini melayani masyarakat Jakarta ataupun Bandung. Dalam 1 rangkaian KA ini dua kelas, yaitu Eksekutif dan Bisnis, tiketnya pun terjangkau, dengan Rp.25.000,- aja bisa ke Bandung untuk kelas Bisnis. Beda dengan KA Argo Gede yang rangkaiannya full Eksekutif. Kedua kereta ini akhirnya dihapus oleh PT. KAI mengingat sepinya okupansi penumpang yang kalah saing dengan moda transportasi darat lainnya berhubung dengan dibukanya jalur Tol baru, Cipularang. Kedua kereta ini harus mengakhiri masa dinasnya ditahun 2011 lalu, dan PT. KAI akhir menyatukan atau demerger antara KA Parahyangan dengan KA Argo Gede menjadi KA Argo Parhayangan atau sering disebut Gopar seperti sekarang ini. Nama ini dipilih setau gua agar tidak menghilangkan KA icon Jakarta-Bandung yang terjenal melegenda, Parahyangan.

          Sepanjang perjalanan di KA Argo Parahyangan gua gak bisa nikmatin pemandangan, karena kursi deket jendela udah terlebih dahulu ditempatin orang. Cuma social media yang nemenin gua sepanjang perjalanan, nyimak tweet dari akun @IRPS_JAKK bahas tentang kereta api jaman dulu sambil dengerin lagu, sesekali gua juga nonton film yang diputar oleh crew KA, Home Alone 2: Lost in New York. Penumpang disebelah gua sebenernya sedikit ngeselin, disitu terdapat dua buah stop kontak untuk dua penumpang, tapi dengan tamaknya dipake dua-duanya untuk dua ponsel supercanggihnya dia. Untung gua bawa powerbank yang gua pinjem dari temen gua untuk melakukan trekking ke Lebakjero seminggu sebelumnya, makasih ya Res hehehe.

          Tepat pukul 18.40 kereta masuk stasiun tujuan gua, Bandung. Sebenernya telat 5 menit dari jadwal seharusnya di Gapeka yaitu 18.35, tapi gak masalah sih, toh gua Cuma mau nikmati perjalan menggunakan Ular Besi ini, hahahaha. Sampe staisiun Bandung beberapa temen gua baru bales, Uban, Raden sama Begenk menawarkan untuk nginep ditempatnya, Wibi juga baru bales. Galau lagi gua distasiun, haruskah gua stay di Bandung atau melanjutkan perjalanan ke Cirebon ketempat Wibi? Sambil ngerokok di smoking area stasiun gua coba untuk berpikir dan memutuskan gua harus kemana. Setelah melihat jadwal KA akhirnya gua putuskan untuk berangkat ke Cirebon malem itu juga make KA Harina, relasi Bandung-Semarang Tawang dan berganti nama di Semarang Tawang jadi KA Rajawali untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya Pasar Turi. Akhirnya gua ngirim pesan ke beberapa temen gua yang di Bandung untuk tidak menjemput gua, karena gua mau melanjutkan perjalanan ke Cirebon. Karenanya mungkin gua udah sering main ke Bandung, dan gua bisa ke Bandung lagi kapanpun gua mau karena masih dijangkau dengan kendaraan umum yang lumayan atau kendaraan pribadi, sementara kalo ke Cirebon gua emang udah janji kalo gua bakal main ke tempat teman gua di Indramayu, karena janji adalah utang maka gua bakal nepati janji gua ke Indramayu, dan menaruh utang kembali kebeberapa temen gua yang di Bandung untuk dalam waktu dekat gua bakal berkunjung lagi hehehe.

          Bergegaslah gua ke loket untuk pesan satu tiket KA Harina kelas Bisnis ke Cirebon, sebenernya satu rangkaian ini terdiri dari dua kelas, Bisnis sama Eksekutif, mengingat uang yang gua bawa gak banyak jadi yang gua pilih yang agak terjangkau dompet gua ehehe. Transaksi selesai, gua keluar stasiun untuk cari makan, karena dari melek mata tadi gua belum nyentuh makanan sedikitpun kecuali rokok dan beberapa air mineral. Selesai mengisi perut, gua kembali kedalem stasiun, setelah melewati boarding pass gua duduk diruang tunggu sambil ngeliatin kereta yang melintas, KA Lodaya Malam, KA Argo Parahyanga, KRDE Lokal dan beberapa Lokomotif yang mondar-mandir, seru! Hehehehe.

          Jam menunjukan pukul 20.30, dibawah rintikan hujan dan udara Bandung yang dingin, gua coba mengusir dingin dengan merokok sambil bersocial media. Gak lama KA Harina masuk dijalur 5 dan bergegaslah gua masuk kedalam kereta. Sebenernya agak kurang seru joyride kereta malem-malem, selain sepi diluar jendela sepanjang perjalanan, pemandangan yang ditemuin cuma gelap, sesekali Nampak lampu rumah warga dari kejauhan. Jam 21.00 kereta bergegas berangkat, yaps! Perjalanan KA kedua gua hari ini berlanjut. Sepanjang perjalanan lagi-lagi gua kembali asik dengan lagu-lagu yang gua putar diponsel gua sambil bergeliat dissocial media dan chatting via bbm. Kebanyakan orang nganggep gua stress, gila, sinting atau apalah gara-gara gua jalan-jalan cuma buat naik kereta tanpa tujuan jelas mau kemana dan ngapain dan…sendirian. Gua Cuma bilang, gua ngelakuin ini karena gua suka sama kereta apai dan ini bakal jadi pengalaman seru gua. Mungkin yang lain berpikir kalo gua itu pemborosan dan buang-buang duit, tapi disitu gua berpikir daripada digunain buat hal negative kaya buat beli ganja, minuman keras, obat-obatan terlarang mending buat tripping menggunakan kereta, akhirnya mereka setuju dan takjub sama statement gua. Emang sih ini bukan perjalan pertama gua, sebelumnya gua juga sering naik kereta cuma sekedar untuk joyride sampe tujuan dan balik lagi, sesekali gua juga motretin kereta dari pintu pas meliuk dibelokan yang lewatin bukit atau trekking untuk cari spot bagus kaya di Lebakjero minggu lalu. Hobi yang aneh, emang banyak orang yang bilang gitu tapi gua tetep enjoy dengan apa yang gua lakuin hehehe.

          Ada hal unik yang bikin gua sakit perut karena nahan ketawa dikereta, seorang bapak-bapak minta izin buat duduk disebelah gua karena tempanya dia digunain untuk tidur anaknya yang masih kecil sama istrinya, akhirnya gua persilahkan karena kebetulan sebelah gua kosong. Diperjalanan kereta bakal masuk keterowongan Sasaksaat, disitu gua udah tau bakal gak ada sinyal selama didalem terowongan yang kurang lebih panjananya hamper satu kilometer. Dan bener aja pas masuk terowongan sinyal otomatis ilang, tapi gua kaget pas nengok kesebelah. Ternyata bapak-bapak itu lagi getok-getok ponselnya kesisi bangku untuk sandaran tangan sambil gerutu. “Lho, kok handphone saya gak ada sinyal? Handphone butut atau providernya yang jelek sih?” sambil terus menggetok handphonenya dan sesekali menjulurkan tangannya keudara sambil menggenggam ponselnya. Sakit perut gua menahan tawa karena melihat aksi si bapak itu, mau ketawa keras gak enak karena penumpang udah pada tidur, akhirnya gua ketawa lewat twitter dengan menuliskan “HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” lewat akun gua.

          Gak terasa akhirnya kereta masuk stasiun Cikampek, kereta agak lumayan lama karena lokomotif yang menarik rangkain harus berputar posisi, jadi posisi duduk kita yang tadinya kedepan setibanya di Cikampek maka posisi kita jadi mundur untuk perjalanan ke Cirebon. Tapi bangku dirangkaian bisa diputar tanpa harus memutar gerbong dan dengan mudah menyesuaikan posisi kembali seperti semula, emang susah buat dijelasin disini intinya itu pengalaman menarik juga buat gua. Sambil nunggu kereta berangkat lagi, gua ke bordes KA untuk merokok, lumayan asemlah ya nahan 3 jam tanpa merokok. Sambil ngerokok dan duduk disitu gua bisa liat aktifitas malam di Stasiun Cikampek yang sepi, ada juga beberapa KA yang melintas kearah Cirebon atau sebaliknya, kaya KA Progo dari Pasar Senen tujuan Lempuyangan, Jogjakarta, KA Tawang Jaya ke Semarang Poncol dan KA Barang dari arah Cirebon ke Jakarta yang ditarik lokomotif terbaru, CC 206. Ini kali pertamanya gua ngeliat langsung CC 206 dilintas, biasanya gua Cuma liat diforum dalam bentuk gambar ataupun video. Hmmm, gagah juga ternyata ya.

          Oke, semboyan dari PPKA udah diberi, aspek sinyal aman untuk berangkat kembali. Gua coba untuk puter kursi gua searah denga laju kereta, karena gua ga biasa naik kereta dengan posisi berjalan mundur, yang ada gua mual nanti. Sepanjang perjalanan gua agak sedikit ngantuk, akhirnya gua kerestorasi buat pesen secangkir semangat, kopi favorit gua. Disepanjang perjalanan emag sih crewk restorasi nawarin berbagai macam makanan dan minuman termasuk roti, tapi gua gak psen apa-apa karenanya gua udah cukup terisi perut gua ini dari Bandung. Berjalanlah gua ke gerbong restorasi, disambutlah gua sama seorang prami atau pramugari kereta yang manis ini, namanya Mbak Yeni, orangnya manis, ramah dan murah senyum, dari cara bicaranya gua bisa tau kalo dia orang jawa hehehe, soalnya gua sempet nangkap percakapan dia sama salah satu crew restorasi lainnya make bahasa jawa. Pesanlah gua secangkir semangat dan menunjukan tempat duduk gua buat nanti diantar pesanan gua. Secangkir kopi direstorasi sini harganya lumayan juga, Rp.8000,- untuk per gelasnya, kalo beli di kedai kopi biasa gua nongkrong sih udah dapet 4 gelas tuh hehehehe. Gua anggep aja harga kopinya dua ribu perak, enam ribu peraknya buat bayar senyum manisnya mbak Yeni hehehe.

          Gak kerasa, kereta memperlambat lajunya, ini artinya kereta bakal masuk stasiun pemberhentian, Cirebon Kejaksaan. Cirebon sendiri ada dua stasiun yang aktif sebagai pemberhentian kereta disini, salah satu Cirebon Kejaksaan. Stasiun tepat berada ditengah kota Cirebon, stasiun ini Cuma melayani pemberhentian kelas Eksekutif sama Bisnis, satu lagi ada stasiun Cirebon Prujakan, kalo yang khusus unutk kereta Ekonomi aja. Distasiun ini juga terdapat rel percabangan kearah Semarang dan Purwokerto. Gua keluar stasiun dan sudah disambut sama temen gua Wibi dan beberapa teman kostnya. Sambil istirahat sebentar gua sedikit berbincang dan berkenalan dengan beberapa temannya yang ikut menjemput gua, abis itu gua langsung ke loket buat pesen tiket untuk kembali ke Jakarta esok harinya. Tapi naas, tiket hari KA Cirebon Ekspress semuanya ludes untuk kelas Bisnis dan Eksekutif dihari Minggu dan tersisanya hari Senin, dan itu juga Cuma jam 10 pagi. Hmmm, takut gak bangun doang kalo kereta jam segitu mengingat gua dan Wibi punya sama-sama kebiasaan, yaitu begadang.

          Abis pesen tiket tujuan pertama kita gak langsung ke kostan Wibi di Balongan, Indramayu tapi mereka ngajak gua kesuatu tempat pemandian air panas di Kuningan, kira-kira jarak tempuh dari Stasiun Cirebon sekitar 45 menit dengan kendaraan bermotor. Langsunglah kita tancap gas menembus jalan yang sepi dan dingin. Sepanjang perjalanan kalo gua perhatiin jalannya persis kaya di Cianjur menuju Cimahi, naik turun bukit, dari sisi bukit keliatan lampu-lampu jalan dan perumahan warga jauh dibawah sono. Akhirnya, tibalah kita ditempat tujuan, Pemandian Air Panas dikaki gunung apa gitu lupa gua, tepatnya di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

          Gak pake lama gua langsung nyemplung ke kolam pemandian, badan jadi terasa lebih segar. Kolamnya kebagi tiga, kolam besar itu airnya dingin, kolam sedang airnya hangat, kolam kecil airnya panas kaya Water Dispenser hahaha. Airnya langsung diturunin dari Mata Air digunung, ya kira-kira kaya Ciaterlah. Yang bikin beda tuh disini setiap weekend buka 24 jam, jadi lumayan aneh dan heran aja gua kepemandian air panas jam setengah 2 malem, tapi gak apalah yang penting badan jadi seger. Pengunjung semakin lama semakin sepi, jam juga menunjukan pukul setengah empat pagi, karena kelamaan berendem laperlah kita semua. Setelah semua bilas, kita langsung balik lagi turun ke Cirebon buat cari makanan.
          Kita balik lagi kedepan Stasiun Cirebon Kejaksaan, disitu ada tempat makan diemperan jalan. Nama makanannya sedikit asing nagi gua, namanya Docang. Sekilah mirip sama lontong sayur kalo di Jakarta, yang bikin beda kuahnya bikin seger, warnanya agak kemerahan terus ditaburin kelapa parut sama beberapa sayuran kaya daun singkong, tambahan kerupuk khas Cirebon nambah selera makan jadi maknyos, wah pokoknya lu semua harus nyobain dah! Gak nyesel!

          Didepan stasiun gua juga liat ada monumek lok uap B1304, yang gua tau B1305 itu bekas lok yang pernah beroperasi disekitar Cirebon pada masa jayanya lokomotif uap dulu, untungnya masih bisa diselamatkan walau sekarang udah gak bisa jalan dan cuma dijadiin monument lok uap. Seenggaknya masih diselamatkan asset bersejarah perkeretaapian di Indonesia ini.

          Selesai makan kita lanjut perjalan ke Balongan, Indramayu ketempat kost Wibi. Pagi itu cukup dingin karena abis ujan, perjalanan ke Indramayu dari Cirebon butuh waktu 1 jam make motor. Sepanjang perjalanan gak ada yang menarik disini karena tipikal jalur pantura ya cuma gitu-gitu aja, beda pas kita mulai masuk ke daerah Indramayu, kita bisa liat pantai yang lumayan deket sama jalan raya, udah gitu banyak kapal-kapal tanker bersandar untuk membawa minyak, mengingat Balongan salah satu tempat pengeboran dan kilang minyak yang cukup besar. Sampe dikostan Wibi, gua langsung cuci muka dan bergegas ke kasur untuk tidur puas mengganti jam tidur gua yang semalem kepake untuk jalan-jalan. Rasanya gak banyak yang bisa gua cerita pas gua tidur hehehe.

          Aktifitas setelah gua bangun tidur gak banyak, cuma makan dan nonton tv, sesekali dengerin lagu. Ya gak beda jauh aktifitas bermalas-malasan gua dirumah. Tapi disini gua bisa ketemu lagi sama beberapa temen sekolah gua dulu yang melanjutkan studi yang sama kaya Wibi, ada Mulder sama Jecko. Sebenrnya ada beberapa lagi, tapi mereka beda tempat kost dan agak jauh dari kampus. Sorenya, Wibi ngajak gua buat ke pantai, emang sih pantai disini gak sebagus sama pantai-pantai lain yang pernah gua sambangin. Cuma 15 menit dari kostan Wibi, kita sampe dipantai, gak ada yang menarik, jelas karena bukan pantai komersil untuk tujuan wisata, melainkan dareah perkampungan para nelayan yang banyak bekerja mencari ikan dan dijual ditempat pelalangan ikan, I don’t care, yang penting gua gak suntuk, udah gitu aja. Aktifitas malem hari juga gak beda jauh kaya kebiasaan gua dirumah, cuma males-malesan sambil internetan sambil dengerin lagu. Malem semakin larut, jam ditangan menunjukan pukul 2 dinihari, artinya gua mau gak mau harus tidur karena gua harus bangun pagi buat beres-beres pakaian dan bersipa balik ke Jakarta dengan kereta jam 10 pagi.

          Setelah gua bangun jam 8 pagi, gerimis turun. Gua langsung pergi kekamar mandi dan setelai selesai langsung siap-siap. Sarapan pagi itu cuma pake beberapa batang rokok dan secangkir semangat dipagi hari, tepat jam 9 gua langsung tancap gas sama Wibi ke Stasiun Jatibarang, Indramayu. Kenapa dari Jatibarang, karena lebih dekat ketimbang harus ke Cirebon lagi. Suasana sekitar stasiun gak jauh beda sama di stasiun Sidareja, Cilacap kampung gua, ah jadi kangen kampung gua. Setelah Wibi pamit untuk kekampus gua langsung ke pemeriksaan untuk boarding pass dan masuk kedalem stasiun. Stasiunnya cukup gede, dulunya disini ada lintas rel percabangan ke Indramayu sama Balongan, yang gua ketahui udah gak aktif lagi dari tahun 73an. Sisa-sisa peninggalan rel, bangunan stasiun, konstruksi jembatan juga udah gak bisa ditemuin lagi disini. Sayang aset berharga dan bersejarah perkeretaapian disini gak bisa diselamatkan. Rasanya pengen nanti kalo suatu saat gua balik lagi mau trekking menelusuri jalur KA yang gak aktif disini.


          Tepat 10.30 KA Cirebon Ekspress masuk dari arah Cirebon, inilah kereta yang akan membawa gua ke Jakarta, horeeeeee I’m coning home! Sepanjang perjalanan seperti biasanya gua cuma bisa aktif disocial media dan dengeri lagu karan tempat favorit disebelah jendela ditemapti penumpang yang terlebih dulu naik. Kereta kelas bisnis yang gua naik kali ini beda sama kereta kelas bisnis yang gua naikin dari Bandung, kenapa beda? Karena rangkaian kelas bisnis ini dilengkapin dengan ac split atau ac yang biasanya ada diruangan, hmmm lumayan dingin juga dipagi yang gerimis. Masinis KA terus melajukan keretanya dengan cepat, tanpa berhenti distasiun lain kecuali Jatinegara. Wah cepet ya udah sampe Jatinegara aja, di Jatinegara gua sengaja ke bordes KA karena gua mau liat dipo lokomotif disebelah kanan kereta kalo dari arah Bekasi, disitu gua liat ada banyak lokomotif yang lagi istirahat termasuk CC 206 di Dipo Lok Jatinegara. Oke, sampe distasiun Gambir tepat pukul 13.10. Nantinya pukul 13.30, kereta ini bakal balik lagi ke Cirebon dengan rangkaian dan lokomotif yang sama. Kembali gua jalan kaki ke Gondangdia dari Gambir dengan tujuan naik KRL ke Depok, sekian.